Kamis, 21 April 2011

Cahaya dari lilin

Malam itu, tiba tiba lampu padam. Gelap. Berusaha untuk menerawang. Tapi, tak ada seberkas cahaya pun menghampiriku.
'ting tong.... ting tong..', hape ku berderit.
waktu itu, aku ingin menulikan sesuatu, dimalam gelap.
Malam itu pula, lilin itu di nyalakan di depan ku. Aku perhatikan terus dan berusaha sambil berfikir. Aku tak ingin melamun. Aku perhatikan dengan seksama lilin itu. Dan,,,, Cling!
dua lampu hinggap di kepalaku.
Pertama, Aku berfikir, tepatnya beramsal bahwa lilin itu ibarat seorang guru. Dari Play Group sampai Kuliah, tak akan lepas dari yang namanya guru. Manusia biasa, yang terkadang luput. Tapi, dengan gigihnya, mereka membimbing kita untuk berilmu.
Mustahil, kita dapat membaca sebelum kita di ajari membaca. Lihat, disana masih banyak yang buta aksara. Mereka sedari kecil belum belajar membaca. Dan yang mengajari kita membaca itu kalau tidak guru ya orang tua. Bukankah begitu kenyataannya?
Lalu, begitu masuk ke SD, kita di ajari tulis menulis. Juga kita di ajari hitung menghitung. Basic lah. Dasar dasar ilmu umum pun di ajarkan.
Setelah itu, kita masuk SMP, di sana kita di ajari aplikasi aplikasi dari perhitungan. Aplikasi penulisan. Menghafal.
Kemudian, ketika masuk SMA, lebih berkembang, dan hafalan makin menebal.
Selelah itu, masuk ke perguruan tinggi. Ilmu kita semakin menumpuk. Bahkan, mungkin melebihi guru SD kita dahulu.
Perjalanan hidup seorang, takkan lepas dari yang namanya belajar dan guru. Kita menemui masalah, disana kita belajar untuk menyelesaikannya. Disana pula ada guru yang selalu siap membantu.
Tapi kadang, mereka itu kasihan. Tanpa tanda jasa, sering di sepelekan. Semakin tua, semakin meredup. Seperti lilin, semakin lama, semakin habis. Cahayanya makin menghilang. Dan kala itu, kala benar benar menghilang rasa kehilangan sangatlah membuncah.
Kedua, aku melihat tekstur lelehan lilin. Suka sekali aku dengan relief yang terbentuk. Seperti ukiran ukiran, bahkan lebih indah. Juga seperti gunung, ketika lelehan itu sudah mengalir, dan lilin semakin mengecil, lelehan itu seperti lelehan larva ketika gunung meletus.

Salam, Ihfazhillah

0 komentar:

Posting Komentar