Bismillah,
Alhamdulillah, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan juga para pengikutnya hingga hari kiamat, amma ba'du
Ada tiga fungsi niat dalam kehidupan seseorang, Pertama : Membedakan antara kebiasaan dan peribadatan. Kedua : Membedakan satu ibadah dengan ibadah yang lain. Ketiga : Membedakan, untuk siapa ibadah itu dilakukan.
Seorang muslim, hendaknya selalu memperhatikan niat, dan menghadirkannya. Sehingga amalan dia tidak dihitung sebagai kebiasaan. Sebagaimana dikatakan, bahwa ibadah orang yang bodoh layaknya kebiasaanm sedang kebiasaan orang yang berilmu adalah ibadah. Kenapa ? Karena dia meniatkan kebiasaannya sebagai perantara dan juga alat agar dia mudah dan semangat melakukan peribadatan.
Tidak kalah penting juga, untuk siapa ibadah dilakukan. Inilah fungsi niat. Dan sesungguhnya seorang muslim adalah yang selalu memeriksa niatannya untuk apa dia beribadah. Sungguh merugi orang yang tidak mencari ridho Alloh dengan amalannya. Orang yang tidak berharap surga dan lari dari neraka.
Alloh berfirman :
15
- مَن
كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ
أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا
يُبْخَسُونَ
15
- Barangsiapa yang menghendaki kehidupan
dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu
tidak akan dirugikan.
(Q.S Hud)
Asy Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
telah berkata berkaitan dengan ayat ini :
Para salaf telah menyebutkan beberapa
amalan yang pada masa sekarang ini manusia banyak melakukannya namun
tidak mengetahui maknanya.
Pertama : Diantaranya adalah
amalan sholih. Kebanyakan orang orang mengamalkannya dengan tujuan
mengharap wajah Alloh. Misal, sedekah, silaturrohim dan berbuat baik
kepada orang lain serta yang lain semacamnya. Begitu pula
meninggalkan perbuatan dzolim atau membicarakan kehormatan orang lain
dan semacamnya dari amalan yang dikerjakan atau ditinggalkan oleh
orang orang ikhlas hanya untuk Alloh. Tapi orang ini tidak bertujuan
mendapatkan balasan di akherat. Tujuannya hanya agar Alloh menjaga
dan mengembangkan hartanya, menjaga keluarganya , dan supaya Alloh
selalu memberikan nikmat kepadanya. Tidak ada satupun tujuan untuk
mengharap surga dan juga lari dari neraka. Orang ini hanya dapat
balasannya di dunia, sedangkan di akherat, dia tidak mendapatkan apa
apa.
Orang jenis ini, Ibnu Abbas telah
menyebutkannya sebagai tafsir ayat ini. Sebagian guru kami telah
terjatuh dalam kesalahan disebabkan sebuah ibarat didalam syarh iqna'
di awal bab niyat ketika membagi ikhlas beberapa martabat, dan
menyebutkan jenis ini masuk diantara martabat keikhlasan . Mereka
menganggap penulis menamakan jenis ini sebgai keikhlasan sebagai
bentuk pujian baginya. Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Yang dia
inginkan hanya menerangkan bahwa jenis ini tidak dinamakan riya'.
Akan tetapi amalan ini merupakan amalan yang gugur di akherat.
Kedua : Jenis ini lebih besar
dari pada yang pertama dan lebih ditakutkan, yaitu yang disebutkan
oleh Mujahid bahwasannya ayat ini turun karenanya, yang mana dia
mengerjakan amalan sholih sedangkan dia berniat agar dilihat oleh
orang orang bukan untuk mencari balasan di akherat. Dia menampakkan
bahwasannya dia menginginkan wajah Alloh. Dia sholat, puasa,
bersedekah, mencari ilmu, hanya bertujuan agar manusia memujinya dan
dianggap mulia. Maka sesungguhnya kedudukan diantara perkara terbesar
yang diinginkan dari dunia.
Ketika hadits Abu Huroiroh tentang
orang orang yang paling pertama dimasukkan kedalam neraka disebutkan
kepada Mu'awiyah. Yaitu yang menuntut ilmu agar dikatakan sebagai
orang Alim sehingga disebut sebut, dan bersedekah agar dikatakan
dermawan, berjihad agar dikatakan pemberani. Mu'awiyah menangis
dengan tangisan yang sangat, kemudian membaca ayat ini.
Ketiga : Dia beramal amalan
sholih, tapi yang dia ingin adalah harta. Misalnya dia berhaji tapi
niatnya untuk mendapatkan harta bukan ditujukan untuk Alloh, atau
berhijrah untuk mendapatkan dunia atau wanita yang ingin ia nikahi,
atau berjihad dalam rangka mencari harta rampasan. Jenis ini juga
telah disebutkan sebagai tafsiran bagi ayat ini sebagaimana yang
disebutkan di dalam Ash Shohih bahwa Nabi bersabda : Celakalah hamba
dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khomishoh(pakaian),
sampai akhir hadits
Begitupula ketika mempelajari ilmu agar
bisa mengajar keluarganya atau sebagai tempat mencari penghasilan
atau agar menjadi pemimpin mereka. Juga ketika dia terus menerus
membaca Al Qur'an agar mendapatkan pekerjaan di masjid (jadi imam).
Dan jenis ini banyak terjadi. Mereka lebih berakal daripada jenis
yang sebelumnya, karena mereka beramal untuk mendapatkan kemaslahatan
sedangkan jenis sebelumnya mereka beramal hanya agar dipuji oleh
orang orang dan juga kemuliaan dan mereka tidak mendapatkan apa apa.
Dan yang paling berakal dari mereka
berdua adalah jenis pertama, karena mereka beramal untuk Alloh tidak
mesekutukanNya sedikitpun. Tapi mereka tidak mengharapkan kebaikan
yang sangat besar yaitu surga. Tidak pula lari dari kejelekan yang
sangat besar, yaitu adzab yang pedih di akherat.
Keempat : Dia beramal suatu
ketaatan, ikhlas hanya kepada Alloh, tidak mensekutukanNya. Tapi
amalan tersebut menjadikannya kafir yang mengeluarkan dari daerah
keislaman. Sebagaiaman yahudi dan nashrani bila mereka menyembah
Alloh, bersedekah, berpuasa dalam rangka mengharap wajah Alloh dan
Akherat.
Begitupula kebanyakan umat ini, yang
pada mereka terdapat kesyirikan yang besar dan juga kekufuran yang
besar, yang mengeluarkan mereka dari keislaman, bila mereka
mengerjakan ketaatan secara ikhlas dan mengharapkan ganjaran di negri
akherat akan tetapi mereka juga mengamalkan amalan yang mengeluarkan
mereka dari islam dan menghalangi diterimanya amalan mereka. Jenis
ini juga disebutkan sebagai tafsiran dari ayat ini oleh Anas bin
Malik dan selainnya. Dan para salaf takut kalau ini terjadi pada
mereka.Sebagian dari mereka berkata : Kalau aku tahu bahwa Alloh
menerima satu sujud saja dariku pasti aku berharap agar dimatikan
setelah sujud tersebut, karena Alloh berfirman ((Hanyalah Alloh
menerima dari orang orang yang bertakwa))[Maidah 27].
Maka ini mengharap pahala dan juga
negri akherat, akan tetapi terdapat padanya kecintaan terhadap dunia,
kepemimpinan dan juga harta yang menyeretnya untuk meninggalkan
banyak dari perintah Alloh atau kebanyakannya. Jadilah dunia sebagai
tujuannya yang paling besar.
Oleh karena itu dikatakan bahwa orang
yang seperti ini tujuannya adalah dunia, dan tujuan akherat yang
sedikit ini seakan tidak ada. Sebagaimana sabda Nabi ((sholatlah,
sesungguhnya kamu belum sholat)).
Yang pertama mengerjakan ketaatan
mengharapkan wajah Alloh, akan tetapi menginginkan ganjaran dunia
dari Alloh. Dia takut akan bagiannya dan juga keluarganya seperti
yang dikatakan oleh orang orang fasiq. Maka benar bila dikatakan
bahwa tujuannya adalah dunia. Dan jenis kedua dan ketiga sudah jelas.
Tinggal, bila seorang mengerjakan
sholat 5 waktu, zakat, puasa dan berhaji tujuannya mengharap wajah
Alloh, mengharap ganjaran diakherat. Setelah itu, dia beramal amalan
yang banyak atau sedikit tujuannya dunia. Seperti berhaji yang
pertama kali tujuannya mengharap wajah Alloh, kemudian yang
selanjutnya tujuannya dunia sebagai mana banyak terjadi.
Maka orang ini beramal dengan 2 tujuan,
yaitu dunia dan akherat dan kita tidak tahu apa yang Alloh lakukan
terhadap hambanya. Yang jelas, kebaikan dan kejelekan itu saling
mengalahkan. Dan dia mendapatkan mana yang paling kuat dari
keduannya.
Sebagian salaf mengatakan :
sesungguhnya Al Qur'an banyak menyebutkan Ahli surga yang murni dan
juga ahli neraka yang murni. Al Qur'an diam dari orang yang mempunyai
dua cabang.
Orang ini dan yang semisalnya masuk
dalam jenis ini. Oleh karena itu para salaf takut kalau kalau amalan
mereka gugur. Adapun gugur dan batal (الحبوط
و البطلان), aku tidak tahu
perbedaan yang jelas antara keduanya. Wallohu A'lam.
[Sumber : Duror Saniyah fil Ajwibah An
Najdiyah 13/
19- 22]
Faedah dari Asy Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab diterjemahkan dari Sahab.net oleh Fawaid Online
0 komentar:
Posting Komentar