Bismillah,
Yahya bin Ma'in berkata : “Sesungguhnya
kami menyebutkan aib suatu kaum yang mungkin mereka telah turun dari tunggangan mereka di surga (masuk surga) lebih dari 200 tahun”
(Al Imam Adz Dzahabi mengomentari perkataan beliau "200 tahun", sepertinya yang betul 100 tahun, karena beliau hidup bukan pada abad ke 2 atau 3 hijriah [lihat siyar, biografi ibn main])
Ketika Ibnu Abi Hatim mendengar
perkataan ini, beliau menangis hingga bukunya terjatuh. Saat itu
beliau sedang membacakan buku “jarh wat ta'dil”. Dan meminta agar
cerita tersebut diulangi lagi.
Imam Adz Dzahabi berkata mengomentari
kisah Ibnu Abi Hatim tersebut : “Beliau terkena hal tersebut
(menangis dan jatuh bukunya) karena khawatir dan takut terhadap
akibat (dari membicarakan orang yang tak berhak untuk digunjing). Dan
bila tidak, maka ucapan peneliti(rowi) yang waro' tentang orang orang
dhoif merupakan nasehat untuk agama Alloh dan juga penjagaan terhadap
sunnah.
[Siyar A'lam Nubala, biografi Yahya bin
Ma'in dan Abdurrohman bin Abi Hatim]
Lihatlah wahai saudaraku, bagaimana
takutnya mereka terhadap suatu akibat, meskipun mereka memang
kompeten terhadap tersebut. Apalagi kita, yang lebih jauh masanya
dari kenabian dan lebih banyak fitnah merebak.
Takutlah -semoga Alloh memberikan
hidayah kepada semua- terhadap disumbangkannya amalan kita, jerih
payah kita, kebaikan kita kepada mereka sehingga kosong dan dosa
mereka diberikan kepada kita, dan kita termasuk diantara orang orang
yang merugi.
Bukanlah orang yang merugi di akherat
orang yang tidak punya harta
akantetapi orang yang merugi adalah
orang yang punya amalan namun terlupa
dan mendahulukan ucapan menjelekkan
orang dan tidak tahu bagaimana
Jagalah perkataan kita, karena lisan
adalah daging yang tak bertulang. Kelit lisan lebih dari kelitan
ular. Dan penyumbang terbesar untuk manusia dijauhkan dari surga.
Daging para ulama beracun, jangan kita
memakan daging mereka. Bukan kenyang yang kita dapatkan, bahkan
kematian yang mengancam.
0 komentar:
Posting Komentar